·
Waterfall
Model
Yakni sebuah desain proses yang sequensial (berurutan) yang dalam progressnya terlihat seperti aliran air ter-jun (waterfall) dari proses perancangan konsep, inisialisasi project, alanisis, desain, pembuatan system (coding), testing, produksi/implementasi dan perawatan (maintenance).
Beberapa prinsip utama dari model ini yakni[2]:
• Project dibagi-bagi dalam beberapa fase yang saling berurutan.
• Penekanan pada perencanaan, jadwal (schedule), deadline, budget, dan implementasi keseluruhan sis-
tem sekaligus.
• Kontrol yang ketat dalam siklus hidup project dengan menggunakan bantuan dokumentasi tertulis.
Kelebihan dari metode ini yakni:
• Mudah dimengerti, mudah digunakan,
• Requirement dari sistem bersifat stabil,
• Baik dalam manajemen kontrol,
• Bekerja dengan baik ketika kualitas lebih diutamakan dibandingkan dengan biaya dan jadwal (deadline).
Yakni sebuah desain proses yang sequensial (berurutan) yang dalam progressnya terlihat seperti aliran air ter-jun (waterfall) dari proses perancangan konsep, inisialisasi project, alanisis, desain, pembuatan system (coding), testing, produksi/implementasi dan perawatan (maintenance).
Beberapa prinsip utama dari model ini yakni[2]:
• Project dibagi-bagi dalam beberapa fase yang saling berurutan.
• Penekanan pada perencanaan, jadwal (schedule), deadline, budget, dan implementasi keseluruhan sis-
tem sekaligus.
• Kontrol yang ketat dalam siklus hidup project dengan menggunakan bantuan dokumentasi tertulis.
Kelebihan dari metode ini yakni:
• Mudah dimengerti, mudah digunakan,
• Requirement dari sistem bersifat stabil,
• Baik dalam manajemen kontrol,
• Bekerja dengan baik ketika kualitas lebih diutamakan dibandingkan dengan biaya dan jadwal (deadline).
Gambar 1.
Tiga metode klasik dalam pengembangan perangkat lunak (Waterfall, Prototyping
dan Spiral)
Selain
kelebihan-kelebihan di atas, model Waterfall ini memiliki kekurangan yang
sangat banyak. Dikarenakan sangat banyak tim yang telah mengimplementasikan
projectnya dengan menggunakan model ini. Beberapa diantara kekurangannya itu
yakni:
• Semua kebutuhan sistem harus diketahui terlebih dahulu,
• Penenyahan dari setiap fase ke fase lainnya dapat dikatakan statis (tidak fleksible)
• Dapat memberikan kesan palsu dari progresnya.
• Semua kebutuhan sistem harus diketahui terlebih dahulu,
• Penenyahan dari setiap fase ke fase lainnya dapat dikatakan statis (tidak fleksible)
• Dapat memberikan kesan palsu dari progresnya.
• Tidak
menunjukkan menunjukkan prinsif ”ProblemSolving” dalam
Pengembangan Perangkat Lunak
dikarenakan
fase yang harus berurut.
• Integrasi sekaligus di akhir sistem.
• Customer hanya memiliki sedikit kesempatan untuk melihat dan mereview sistem (yakni di akhir project).
• Integrasi sekaligus di akhir sistem.
• Customer hanya memiliki sedikit kesempatan untuk melihat dan mereview sistem (yakni di akhir project).
• Resiko
sangat tinggi, karena testing hanya dilakukan pada setiap
akhir fase, bahkan tidak jarang testing hanya
dilakukan di akhir-akhir project.
• Membutuhkan waktu yang cukup lama (walaupun projectnya tidak terlalu
besar).
• Perubahan requirement dapat merubah keseluruhan proses yang telah dilaksanakan.
• Perubahan requirement dapat merubah keseluruhan proses yang telah dilaksanakan.
· SDLC
SDLC (Systems
Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems
Life Cycle (Siklus Hidup Sistem)
Dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning),analisa (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).
Dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning),analisa (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar