Selasa, 25 Oktober 2016

perbedaan waterfall dan sdlc



·         Waterfall Model
Yakni sebuah desain  proses yang sequensial (berurutan) yang dalam progressnya terlihat seperti aliran air ter-jun (waterfall) dari proses perancangan konsep, inisialisasi project, alanisis, desain, pembuatan system (coding), testing, produksi/implementasi dan perawatan (maintenance).

Beberapa prinsip utama dari model ini yakni[2]:
• Project dibagi-bagi dalam beberapa fase yang saling berurutan.
• Penekanan  pada  perencanaan,   jadwal  (schedule), deadline, budget, dan implementasi keseluruhan sis-
tem sekaligus.
• Kontrol yang ketat dalam siklus hidup project dengan menggunakan bantuan dokumentasi tertulis.

Kelebihan dari metode ini yakni:
• Mudah dimengerti, mudah digunakan,
• Requirement dari sistem bersifat stabil,
• Baik dalam manajemen kontrol,
• Bekerja dengan baik ketika kualitas lebih diutamakan dibandingkan dengan biaya dan jadwal (deadline).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2VVvIt5QzsaLiYC2n3Q7nfy4vmfi63RYFzFl04KqzFwTwO1A4KglcjmC9mnITy19UXgQoOo6WA1Sqm9JbgX82Y0xKBLoIOb90R_A1dHC2Oez7JX8mt68HCtjEXvU8ed7VJDmjc1wQMGMy/s200/Three_software_development_patterns.png

Gambar 1. Tiga metode klasik dalam pengembangan perangkat lunak (Waterfall, Prototyping dan Spiral)

Selain kelebihan-kelebihan di atas, model Waterfall ini memiliki kekurangan yang sangat banyak.  Dikarenakan sangat banyak tim yang telah mengimplementasikan projectnya dengan menggunakan model ini. Beberapa diantara kekurangannya itu yakni:
• Semua  kebutuhan  sistem  harus  diketahui  terlebih dahulu,
• Penenyahan  dari  setiap  fase  ke  fase  lainnya  dapat dikatakan statis (tidak fleksible)
• Dapat memberikan kesan palsu dari progresnya.
• Tidak menunjukkan menunjukkan prinsif ”ProblemSolving”  dalam  Pengembangan  Perangkat  Lunak
dikarenakan fase yang harus berurut.
• Integrasi sekaligus di akhir sistem.
• Customer hanya memiliki sedikit kesempatan untuk melihat dan mereview sistem (yakni di akhir project).
• Resiko sangat tinggi, karena testing hanya dilakukan pada  setiap  akhir  fase,  bahkan  tidak  jarang  testing hanya dilakukan di akhir-akhir project.
• Membutuhkan waktu yang cukup lama (walaupun projectnya tidak terlalu besar).
• Perubahan  requirement  dapat  merubah  keseluruhan proses yang telah dilaksanakan.

·        SDLC

SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem)
Dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning),analisa (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar